RI Bisa Bahaya, Mentan Ramal Produksi Pangan Ambruk Parah
Pertanian

RI Bisa Bahaya, Mentan Ramal Produksi Pangan Ambruk Parah

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul YasinLimpo memprediksi, produktivitas pangan dunia akan mengalami penurunan dalam. Ia mencontohkan Vietnam yang mulai menerapkan pengetatan ekspor beras ke negara lain untuk mengamankan stok domestik.

“Produktivitas pangan dunia akan mengalami penurunan sebesar 30 persen. Ini menjadi sesuatu yang baik karena tantangan ke depan bukan hanya bagaimana kita harus menyediakan pangan, tapi harus menghadapi ancaman krisis pangan dunia,” katanya dalam keterangan resmi, dikutip Sabtu (10/6/2023).

Mentan menambahkan, tantangan RI akan sangat besar. Pasalnya Indonesia adalah negara terbesar keempat dunia dan membutuhkan ketersediaan pangan dalam jumlah yang tidak sedikit. Apalagi, jumlah penduduk Indonesia tahun 2045 diperkirakan mencapai 331,01 juta penduduk.

Untuk itu, kata Syahrul, dibutuhkan kerja sama untuk mengantisipasi tantangan itu. Termasuk, peran aktif Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) dan pemerintah daerah. Apalagi selama tiga tahun terakhir, KTNA diakuinya menunjukkan komitmen tinggi dalam membangun pertanian Indonesia.

“Kehadiran Pak Isran Noor sebagai Ketua Umum Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia (APPSI) ini menjadi sangat menentukan, sangat penting. Apalagi Ketua KTNA dan seluruh jajarannya. KTNA adalah pilar utama dari bergeraknya pertanian di semua sektor,” ujarnya.

Tak hanya itu, kata dia, kehadiran pelaku industri dan para peneliti pertanian Indonesia yang menghadirkan berbagai varietas unggul terutama untuk menghadapi musim kemarau panjang atau cuaca ekstrem El Nino menjaga posisi Indonesia aman dari ancaman krisis dunia.

“Saya kira banyak hal yang membuat semua optimis dalam menatap masa depan. Di antaranya kehadiran industri dan peneliti dalam mengambil bagian menghadirkan varietas baru tahan panas untuk menghadapi El Nino,” kata Syahrul.

Sementara itu, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi menambahkan, pihaknyafokus pada penanganan dan antisipasi kekeringan.

“Menurut prediksi BMKG, mulai Juni ini, kekeringan sudah dimulai. Jadi El Nino ini kemarau yang berkepanjangan dengan curah hujan yang lebih kering dari biasanya,” kata Dedi.

“Identifikasi sudah kami lakukan terutama pada berbagai tantangan yang akan dihadapi sehubungan dengan ancaman perubahan iklim. Langkah mitigasi dan adaptasi tersebut tentu membutuhkan kerja sama lintas stakeholder yang baik agar petani tetap dapat berproduksi dan meningkatkan produktivitasnya,” jelasnya.

Karena itu, Dedi mengatakan, Kementan bersama KTNA dan pemerintah daerah akan membuat komitmen bersama terkait pelaksanaan program penyelenggaraan pertanian di semua kabupaten dan kota.

error: Content is protected !!