
Mengunjungi Hutan Bambu Sagano di Jepang, Menyimak Kedamaian yang Hakiki
Bambu-bambu itu memagari sekeliling hutan, mengayomi siapa saja yang berada di dalamnya; dari segala hal yang terburu-buru, dari segala kebisingan dan kota yang tak pernah usai berdandan.
Bambu-bambu itu tumbuh menjulang di tepi Kyoto, Jepang.
Berjarak 30 menit dari pusat kota yang padat, Hutan Bambu Sagano berdiam, teduh dan tenang.
Di dalamnya, kita dapat menemukan pemandangan yang begitu kontras dengan geliat urban di Kyoto.
Batang-batang bambu berdiri, puluhan kaki menggapai langit, menciptakan kanopi alami, memayungi setiap biota di bawahnya.
Di Hutan Bambu Sagano, nyiur angin berkelindan dengan tanaman yang padat, bambu-bambu yang melengkung turut berderit, daun-daun berdesiran dan tak sulit bagimu menemukan kedamaian disana.
Bunyi alam nan meditatif tersebut mendorong Kementerian Lingkungan Hidup Jepang memasukkan Hutan Bambu Sagano ke dalam ‘100 Soundscapes yang Dimiliki Jepang’.
Hutan Bambu Sagano
Program itu dicanangkan pemerintah guna memberi edukasi dan alternatif tempat ramah telinga bagi penduduk Jepang.
Memang, sejak dibuka demi kepentingan pariwisata, Hutan Bambu Sagano tidak setenang dan senyaman aslinya.
Jika berkunjung kesana, kita akan menemukan hiruk pikuk pengunjung bersahut-sahutan dengan bunyi kamera yang tiada henti.
Baca Juga : Gunung Kilimanjaro Hingga Danau Natron yang Eksotis Ada di Tanzania
Namun jika sejenak mau menyalakan mata bathin dan menjauh dari hiruk pikuk pengunjung dan suara kamera, yakinlah kita masih dapat mendengar suara gemerisik, derit bambu, dan kesunyian nan megah dari salah satu soundscapes terindah yang dimiliki Jepang tersebut.
Memang, sejak dibuka demi kepentingan pariwisata, Hutan Bambu Sagano tidak setenang dan senyaman aslinya.
Jika berkunjung kesana, kita akan menemukan hiruk pikuk pengunjung bersahut-sahutan dengan bunyi kamera yang tiada henti.
Namun jika sejenak mau menyalakan mata bathin dan menjauh dari hiruk pikuk pengunjung dan suara kamera, yakinlah kita masih dapat mendengar suara gemerisik, derit bambu, dan kesunyian nan megah dari salah satu soundscapes terindah yang dimiliki Jepang tersebut. (*)

